Permasalahan yang menyangkut Teori Organisasi Umum adalah tentang teori hubugan antar manusia.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan psikologis terhadap bawahan, yaitu dengan mengetahui perilaku individu bawahan sebagai suatu kelompok hubungan manusiawi untuk menunjang tingkat produktifitas kerja.
Sehingga ada suatu rekomendasi bagi para manajer bahwa organisasi itu adalah suatau sistem sosial dan harus memperhatikan kebutuhan sosial dan psikologis karyawan agar produktiiftasnya bisa lebih tinggi.
Contoh Permasalahannya :
Suatu perusahan sedang mengalami penurunan pendapatan terhadap penjualan produknya, maka manager pada perusahaan tersebut melihat ada penurunan produktifitas bawahannya dan manager tersebut melakukan sayembara terhadap bawahannya untuk meningkatkan atau memotifasi produktifitas bawahannya pada bagian penjualan . Barang siapa yang melakukan penjualan paling banyak dalam kurun waktu 1 bulan maka akan mendapatkan bonus berupa uang dan penghargaan dari manajer tersebut bukan dari perusahaan . Sehingga setiap karyawan berlomba-lomba untuk menjual produk tersebut sebanyak-banyaknya dan secara tidak langsung pula perusahaan mendapatkan keuntungan dari sayembara tersebut. Jadi seorang manager harus selalu memperhatikan bawahannya dan mempunyai gagasan untuk kepentingan bawahannya dan perusahaan. Setiap keputusan itu selalu beresiko, maka seorang manager harus berani mengambil setiap resiko dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambilnya.
Dari permasalahan diatas manager pada perusahaan tersebut berani mengambil resiko menggunakan sebagian gajinya untuk karyawan yang berprestasi atau yang melakukan penjualan terbanyak.
Kamis, 21 Oktober 2010
Selasa, 19 Oktober 2010
kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.
Dalam ekonomi, dua jenis kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan relatif.
Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
Dalam pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.
Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.
Dalam ekonomi, dua jenis kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan relatif.
Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
Dalam pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.
Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Selamatkan Moral Anak Bangsa
Banyak anak muda sekarang, meniru budaya orang lain. Padahal belum tentu budaya tersebut cocok dengan karakter bangsa kita. Banya anak sekarang yang memiliki moral kurang baik. Moral adalah manusia yang memiliki sifat positif, sedangkan kebalikannya adalah amoral. Kita lihat anak sekarang berani membantah orang tua, berkata kasar kepada teman atau orang tua, berperilaku kasar, anak muda sekarang banyak yang melakukan freesex. Dan banyak anak muda sekarang tidak bias menyaring budaya orang lain / bangsa lain. Maka dapat diketahui bahwa salah satu faktor rusakanya moral bangsa adalah pengaruh dari budaya orang lain yang tidak bias kita saring, padahal belum tentu budaya tersebut cocok dengan krakter bangsa kita.
Pengaruh budaya lain sangat baik untuk bangsa kita namun pengaruh tersebut harus kita saring yang mana yang baik dan buruk. Lalu apakah mereka tidak bisa menyaring pengaruh budaya tersebut? Ya, bagi mereka yang terpenting itu baik menurut mereka, padahal sebenarnya itu buruk bagi mereka. Mereka telah membuang jauh-jauh pendidikan islam dan memilih suatu hal yang baik menurut mereka. Menurut mereka itu baik padahal itu tidak baik. Bagaimana mereka bisa berpendapat bahwa hal tersebut baik? Karena kurangnya pendidikan islam, orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini, selain orang tua hal lain yang berpengaruh adalah dari pergaulan. Pergaulan yang baik, maka kita menjadi baik. Pergaulan buruk maka kita akan menjadi buruk
Moral anak bangsa kita sangat jatuh, ini terlihat dari banyak anak-anak yang berani membantah orang tua, berperilaku curang, berkata kasar, dan lain sebagainya. Moral bangsa kita sangat jatuh terlihat banyaknya korupsi, kecurangan, dan lain sebagainya. Contohnya dalam tes CPNS saja banyak orang yang pintar tapi tidak bisa menjadi PNS tapi amat disayangkan malah orang kaya yang menjadi PNS. Apakah hanya orang kaya yang berkuasa? Tentu tidak jika kita bisa memperbaiki moral generasi bangsa kedepan.
Faktor utama yang paling menentukan terwujudnya moral anak bangsa yang baik adalah dari orang tua. Banyak orang tua yang tidak peduli kepada anak-anak nya atau tidak berperilaku adil kepada anak-anak nya. Contohnya, dalam penentuan jurusan di SMA, banyaknya orang tua yang memaksakan anaknya untuk memasuki jurusan yang tidak diinginkan oleh anaknya dan dilihat dari kemampuannya si anak tidak merasa mampu. Hal ini bisa membuat anak tertekan dan membuat moral anak menjadi terganggu.
Faktor berikutnya yang berpengaruh adalah pentingnya pendidikan, baik disekolah maupun dimana saja. Apabila anak dididik tidak baik maka menjadi tidak baik begitu sebaliknya. Timbulnya moral yang tidak baik adalah timbulnya ketidak adilan kepada pendidik. Contohnya, guru yang memberikan pertanyaan hanya kepada orang yang pintar saja sedangkan orang yang kurang pintar tidak diperhatikan sama-sekali. Ini bisa membuat si kurang pintar menjadi iri dan tertekan karena si pendidik itu tidak adil terhadp peserta didiknya.
Pendidikan sangat penting untuk mewujudkan moral anak bangsa yang baik, dimana kita mengajarkan untuk menaati hukum, menjalankan syari’at Islam, tidak korupsi, tidak berkata kasar, tidak asal-asalan, memilah-milah budaya, dan lain sebagainya. Dan ini yang harus di tanamkan pada setiap anak bangsa, tidak hanya dilihat dan dimengerti tetapi harus dilakukan.
Semakin banyaknya prilaku tidak bermoral yang dilakukan oleh anak-anak maupun anak muda memberikan tantangan kepada orang tua dan para pendidik akan hal ini. Kita tidak bisa menganggap remeh prilaku anak-anak yang suka bermain curang, berkata kasar kepada orang tua, dan anak muda yang suka menonton film porno. Kenapa anak memiliki moral yang tidal baik salah satunya adalah tiga faktor tadi, keluarga, pendidikan, dan pergaulan yang kurang baik.
Pendidikan nasional saat ini telah menyampingkan banyak hal, buktinya banyak pejabat yang korupsi, freesex, kekerasan dan lain sebagainya.
Kalau kita ingin memiliki generasi penerus bangsa yang bermoral, jujur, amanah dan bertanggung jawab di mulai dari orang tua, para pedidik, atau para pejabat yang memberikan contoh kepada generasi muda untuk tidak melakukan korupsi, bersikap amanah, tidak berkata kasar dan lain sebagainya. Dan mementingkan bangsa bukan kepentingan pribadi atau kelompok.
Para pejabat memulai untuk memberikan contoh yang baik, tidak korupsi, menjadi orang yang amanah, dan lain sebagainya. Agar para generasi muda bisa mencontoh hal tersebut dan korupsi pun tidak akan ada di indonesia jika semua penduduknya memiliki moral. Yang jadi masalah bagaimana membuat penduduk indonesia ini memiliki moral?
Mari kita berbenah diri untuk memberikan contoh kepada generasi muda agar memiliki moral yang baik, tidak hanya mengajarkan / menyuruh untuk berperilaku jujur, amanah, dan lain sebagainya, tapi kita harus melakukan apa yang kita ajarkan. Apabila kita mengajarkan untuk berperilaku jujur, maka kita juga harus berperilaku jujur, jangan hanya omongnya saja tapi tindakan yang kita lakukan untuk memberikan contoh kepada generasi muda sangat sedikit.
Dengan tindakan kita bisa membuat anak bangsa memiliki moral yang baik, mulailah dari kita untuk melakukan-nya, jangan menunggu orang lain yang tidak akan pernah melakukannya, kalau bukan kita siapa lagi?
Pengaruh budaya lain sangat baik untuk bangsa kita namun pengaruh tersebut harus kita saring yang mana yang baik dan buruk. Lalu apakah mereka tidak bisa menyaring pengaruh budaya tersebut? Ya, bagi mereka yang terpenting itu baik menurut mereka, padahal sebenarnya itu buruk bagi mereka. Mereka telah membuang jauh-jauh pendidikan islam dan memilih suatu hal yang baik menurut mereka. Menurut mereka itu baik padahal itu tidak baik. Bagaimana mereka bisa berpendapat bahwa hal tersebut baik? Karena kurangnya pendidikan islam, orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini, selain orang tua hal lain yang berpengaruh adalah dari pergaulan. Pergaulan yang baik, maka kita menjadi baik. Pergaulan buruk maka kita akan menjadi buruk
Moral anak bangsa kita sangat jatuh, ini terlihat dari banyak anak-anak yang berani membantah orang tua, berperilaku curang, berkata kasar, dan lain sebagainya. Moral bangsa kita sangat jatuh terlihat banyaknya korupsi, kecurangan, dan lain sebagainya. Contohnya dalam tes CPNS saja banyak orang yang pintar tapi tidak bisa menjadi PNS tapi amat disayangkan malah orang kaya yang menjadi PNS. Apakah hanya orang kaya yang berkuasa? Tentu tidak jika kita bisa memperbaiki moral generasi bangsa kedepan.
Faktor utama yang paling menentukan terwujudnya moral anak bangsa yang baik adalah dari orang tua. Banyak orang tua yang tidak peduli kepada anak-anak nya atau tidak berperilaku adil kepada anak-anak nya. Contohnya, dalam penentuan jurusan di SMA, banyaknya orang tua yang memaksakan anaknya untuk memasuki jurusan yang tidak diinginkan oleh anaknya dan dilihat dari kemampuannya si anak tidak merasa mampu. Hal ini bisa membuat anak tertekan dan membuat moral anak menjadi terganggu.
Faktor berikutnya yang berpengaruh adalah pentingnya pendidikan, baik disekolah maupun dimana saja. Apabila anak dididik tidak baik maka menjadi tidak baik begitu sebaliknya. Timbulnya moral yang tidak baik adalah timbulnya ketidak adilan kepada pendidik. Contohnya, guru yang memberikan pertanyaan hanya kepada orang yang pintar saja sedangkan orang yang kurang pintar tidak diperhatikan sama-sekali. Ini bisa membuat si kurang pintar menjadi iri dan tertekan karena si pendidik itu tidak adil terhadp peserta didiknya.
Pendidikan sangat penting untuk mewujudkan moral anak bangsa yang baik, dimana kita mengajarkan untuk menaati hukum, menjalankan syari’at Islam, tidak korupsi, tidak berkata kasar, tidak asal-asalan, memilah-milah budaya, dan lain sebagainya. Dan ini yang harus di tanamkan pada setiap anak bangsa, tidak hanya dilihat dan dimengerti tetapi harus dilakukan.
Semakin banyaknya prilaku tidak bermoral yang dilakukan oleh anak-anak maupun anak muda memberikan tantangan kepada orang tua dan para pendidik akan hal ini. Kita tidak bisa menganggap remeh prilaku anak-anak yang suka bermain curang, berkata kasar kepada orang tua, dan anak muda yang suka menonton film porno. Kenapa anak memiliki moral yang tidal baik salah satunya adalah tiga faktor tadi, keluarga, pendidikan, dan pergaulan yang kurang baik.
Pendidikan nasional saat ini telah menyampingkan banyak hal, buktinya banyak pejabat yang korupsi, freesex, kekerasan dan lain sebagainya.
Kalau kita ingin memiliki generasi penerus bangsa yang bermoral, jujur, amanah dan bertanggung jawab di mulai dari orang tua, para pedidik, atau para pejabat yang memberikan contoh kepada generasi muda untuk tidak melakukan korupsi, bersikap amanah, tidak berkata kasar dan lain sebagainya. Dan mementingkan bangsa bukan kepentingan pribadi atau kelompok.
Para pejabat memulai untuk memberikan contoh yang baik, tidak korupsi, menjadi orang yang amanah, dan lain sebagainya. Agar para generasi muda bisa mencontoh hal tersebut dan korupsi pun tidak akan ada di indonesia jika semua penduduknya memiliki moral. Yang jadi masalah bagaimana membuat penduduk indonesia ini memiliki moral?
Mari kita berbenah diri untuk memberikan contoh kepada generasi muda agar memiliki moral yang baik, tidak hanya mengajarkan / menyuruh untuk berperilaku jujur, amanah, dan lain sebagainya, tapi kita harus melakukan apa yang kita ajarkan. Apabila kita mengajarkan untuk berperilaku jujur, maka kita juga harus berperilaku jujur, jangan hanya omongnya saja tapi tindakan yang kita lakukan untuk memberikan contoh kepada generasi muda sangat sedikit.
Dengan tindakan kita bisa membuat anak bangsa memiliki moral yang baik, mulailah dari kita untuk melakukan-nya, jangan menunggu orang lain yang tidak akan pernah melakukannya, kalau bukan kita siapa lagi?
Langganan:
Postingan (Atom)